Pelan-Pelan Asal Sampai, Dari Loverman Records Untuk Kota Surabaya

Dekadensi
4 min readNov 25, 2023

--

Oleh: Dirga Abdillah (Jakarta Akhir Pekan)

Terkadang kita perlu mengetahui sejauh mana kemampuan kita dalam melangkah. Bernafas dengan rasa bangga untuk musik yang telah menjadi tuan rumah di negerinya sendiri lalu mampu menghidupkan rasa kecintaan melalui aksi.

Menurut saya, sebuah paragraf di atas sudah cukup menggambarkan sebuah label musik yang bergerak secara independen dengan membawa sejuta impian untuk aspek yang mengelilinginya. Ialah Loverman Records, berasal dari Kota Surabaya yang akrab dijuluki sebagai Kota Rock.

Loverman Records sendiri telah berdiri sejak pertengahan tahun 2021, walaupun bidang seni sedang mengalami fase pincang akibat dihantam pandemi yang mengakibatkan tertutupnya ruang-ruang kreativitas dan aktivitas.

Cerita Loverman Records dimulai saat mereka membidani sebuah band emo rock asal Sidoarjo, yakni Decemberism. Unit tersebut kian menyiapkan sebuah materi berbentuk single. Terlepas dari sebuah pertemanan yang intim, Rizqo sang pemiliki label juga mengakui bahwa ia sangat suka materi dari Decemberism dan tidak pernah absen dalam setiap perhelatan yang dijalankan oleh mereka. Lalu Riqzo mengakui bahwa ia tidak mempunyai ilmu dasar pelajaran mengenai bagaimana mendirikan suatu label musik. Ia juga menyebutkan satu nama label yang sudah tidak asing lagi untuk warga Jawa Timur khususnya, yaitu Paska Records. Ia banyak mencuri ilmu dari para pendahulunya dan mencoba menerapkannya di Loverman Records.

Decemberism sukses membuka keran air milik Loverman Records hingga tahun 2023. Hasilnya banyak sekali band yang akhirnya meminta Loverman Records untuk menjadi tempat berlabuhnya, tetapi Loverman Records juga pintar mengkurasi siapa saja band yang cocok bekerja sama denganya. Hingga saat ini Loverman Records sudah mempunyai beberapa roster andalannya yaitu Decemberism, Fleuro, Brunobauer, Raousse, dan Metafore yang memang masih berada di suatu radar yang sama.

“Untuk sekarang Loverman Records hanya membantu rosternya dalam sebuah perilisan hingga promonya. Tetapi kalau untuk internal bandnya, saya serahkan kepada masing-masing bandnya aja sih. Lain halnya Brunobauer, karena band saya sendiri ya pada akhirnya saya juga yang mengurus dalam beberapa kepentingannya,” ujar Rizqo Loverman Records.

Kembali ke garis besar, saya juga menanyakan kepada Rizqo dari Loverman Records bahwa sebenarnya di Jawa Timur khususnya Surabaya sendiri label musik itu apakah masih relevan atau dibutuhkan? “Sebenarnya kalau memang si bandnya itu bisa rilis sendiri ya gapapa juga sih, tapi kan di sini record label posisinya membantu. Selain merilis fisik kan juga sambil sounding ke banyak media yang nyatanya tidak bisa dilakukan di satu manajemen band saja. Makanya aku bisa bilang penting juga sih adanya si label musik ini, biar yang di-reach out ga itu-itu aja sih”. ujar Rizqo Loverman Records.

Melihat musik Surabaya hari ini sangat menimbulkan kemajuan yang cukup signifikan, perlahan melepas predikat rock yang cukup kental dengan hadirnya genre musik yang beragam nampak muncul di permukaan. Layaknya musik hardcore yang menduduki peringkat 1 dalam merauk massa di Kota Surabaya.

Jika menengok satu dekade ke belakang, memang musik Surabaya pun juga kian berlari kencang dan melakukan penetrasi ciamik ke ibu kota. Sebut saja nama-nama seperti Fox, Silampukau, Heavy Monster, dan masih banyak lagi. Sekarang nama-nama tersebut sudah digantikan oleh gerbong segar lainnya seperti Enola dengan musik “shoegaze”-nya, The Caroline’s dan Drizzly dengan pesona indie popnya, serta band-band alternative yang kian menyelip di deretan nama lineup beberapa pentas nasional.

Spirit yang dilakukan kawan-kawan di Jawa Timur sana khususnya Surabaya, cukup perlu diberi apresiasi lebih karena mereka mampu saling mempercayai siapa yang sedang berdiri di sampingnya. Terlebih Kota Malang yang selalu menjadi garda terdepan musik Jawa Timur hari ini.

Terlepas dari semua itu, hampir semua label musik di Surabaya tidak akan bisa melangkah sendiri tanpa adanya dukungan dari lingkungan sekitar. Musisi, penggiat, hingga penikmat harus cair dalam satu larutan tertentu. Di Surabaya sendiri pun pelan-pelan juga hampir mencapai larutan tersebut. Seperti contohnya Loverman Records sendiri yang selain berdiri sebagai label musik, mereka juga beberapa kali mengadakan gigs dengan menderetkan beberapa lineup dari Surabaya maupun Jawa Timur itu sendiri.

Tak hanya itu, mereka kerap juga menjadi tempat persinggahan dari beberapa band yang sedang menjalankan ibadah tour. Fenomena kemunculan para media independen juga sangat berpengaruh dengan musik Surabaya hari ini. Pasalnya, kemunculan ini sangat membantu para label musik serta musisi untuk mempromosikan serta memasarkan karya mereka dan tidak perlu begitu tergantung dengan “otoritas” media konvensional.

Setelah apa yang sudah dilalui dan dikerjakan Loverman Records hingga saat ini untuk musik Surabaya, mereka berharap makin banyak lagi penggiat event/festival musik skala menengah di Surabaya guna merangkul band-band arus samping yang makin hari musiknya tambah edan! Sayang sekali kalau kita hanya jumpai di acara kolektif saja. Melihat apa yang sedang terjadi di Surabaya, kebanyakan festival membawa lineup yang namanya sudah besar di industri dan itu-itu saja. Karena mungkin adanya suatu masalah yang terjadi juga di kota-kota lainnya yakni perihal “regenerasi”. Tidak adanya regenerasi penggiat atau event maker di Kota Surabaya. Kebanyakan menjadi pemain dibandingkan penggiat, atau bisa dimaknai dengan, “Semua orang berlomba menjadi rockstar.”

“Harapan saya untuk Loverman Records semoga ke depannya manajemen saya bisa handle lebih baik lagi, dan kepingin banget cari investor atau pemasok agar saya bisa kasih royalti lebih untuk para musisinya. Dan untuk band-band Surabaya, harapannya agar lebih berani melakoni laga tandang dan main sejauh-jauhnya,” harapan Rizqo untuk Loverman Records.

Untuk pemanis tulisan, saya menanyakan kepada Rizqo sang pemilik label terkait siapa band/musisi yang Loverman Records kepingin banget rilis? “Yang pertama ada Ache — band yang berasal dari Kota Tangerang, lalu Barefood dari Jakarta, dan Write The Future dari Malang. Ini cuman angan-angan sih, tapi semoga kejadian,” ujar Rizqo Loverman Records.

Langkah kaki serta nafas segar dari Loverman Records semoga tetap berguna untuk sekitar. dan bisa mengarah ke arah yang tepat dan berkualitas. Siklus yang kita alami sekarang pastinya akan sampai di titik jenuh, tinggal bagaimana kita membawa perubahan di lingkungan masing-masing untuk saling mempengaruhi. Terima kasih, Loverman Records sudah hadir. Semoga indah bersama impiannya.

--

--